INFOTORAJA – Di tengah denyut pertumbuhan kota Rantepao, terdapat satu nama yang menyimpan sejuta kenangan bagi generasi demi generasi: Asrama Elim.

Berdiri sejak 1951, asrama ini bukan sekadar bangunan bernuansa kolonial yang menghadap jalan utama kota Rantepao. Ia adalah saksi bisu perjuangan anak-anak muda dari berbagai pelosok Toraja dan tempat jauh di luar Toraja yang datang dengan semangat, membawa ransel berisi harapan dan keyakinan bahwa pendidikan bisa mengubah hidup mereka.

Di dalamnya, puluhan pelajar hidup dalam kesederhanaan. Mereka berbagi ruang, berbagi makanan, hingga berbagi air untuk berbagai kebutuhan dari satu sumur yang sama. Tapi justru dari situ, tumbuhlah ikatan yang sulit tergantikan—ikatan kekeluargaan dan solidaritas yang melampaui batas waktu.

Kala itu, Asrama Elim adalah rumah bagi para perantau muda yang sebagian baru pertama kali menginjakkan kaki di kota. Ia mengajarkan kedisiplinan, kesabaran, dan kerja keras. Dalam senyapnya tembok-tembok tua itu, tumbuhlah bibit pemimpin, guru, pendeta, perawat dan pengabdi negeri.

Namun, waktu tak pernah berhenti berjalan.

Pada akhir September 2010, Asrama Elim resmi dibongkar. Tak ada lagi jendela tua yang terbuka pagi hari, tak ada lagi suara kaki berlarian mengejar waktu ibadah atau sekolah.

Pasca pembongkaran, sempat beredar kabar bahwa di atas lahan tersebut akan dibangun gedung baru bernama Convention Hall yang ditarget rampung pada pertengahan 2011. Namun, proyek tersebut mangkrak selama bertahun-tahun, menyisakan kekosongan fisik di tempat yang dulunya penuh kehidupan.

Kini, pada 2025, lahan itu kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Oleh BPS Gereja Toraja akan dibangun Elim Square, mal pertama di Toraja yang berdiri tepat di lokasi bekas Asrama Elim. Sebuah simbol transformasi zaman, dari rumah singgah penuh kenangan menjadi pusat ekonomi modern.

Namun, bagi mereka yang pernah tinggal di sana, Elim bukan sekadar nama di peta. Ia adalah bagian dari perjalanan hidup yang tak tergantikan. Dan meski bangunannya telah tiada, kenangan itu akan terus hidup—dalam cerita, dalam ingatan, dan dalam jiwa yang telah dibentuk olehnya.

Tags: , , ,