TORAJA — Redaksi InfoToraja mendapat tekanan dan tudingan dari sejumlah pihak, termasuk seorang oknum pemuka agama bernama Erny Tonapa dan akun bernama Info Pangala, usai menerbitkan tiga rangkaian berita yang menyoroti kasus kemanusiaan di Toraja Utara:
“Warga Toraja Utara Ditandu 6 Kilometer dalam Kondisi Darurat, Meninggal Sesaat Setelah Tiba di Puskesmas” : https://infotoraja.com/warga-toraja-utara-ditandu-6-kilometer-dalam-kondisi-darurat-meninggal-sesaat-setelah-tiba-di-puskesmas/
“Puskesmas Pangala Tolak Jemput Pasien Pakai Ambulans Hingga Meninggal Dunia” : https://infotoraja.com/puskesmas-pangala-tolak-jemput-pasien-kritis-pakai-ambulance-hingga-meninggal-dunia/
“Kapus Pangala: Kami Taati Standar Pelayanan, Takut Ambulans Rusak” : https://infotoraja.com/kapus-pangala-kami-taati-standar-pelayanan-takut-ambulance-rusak/
Ketiga berita ini mengangkat kisah tragis Simon Tappa’, seorang lansia 96 tahun dari Perangian, Lembang Ampang Batu, yang menderita hipertensi dan muntah darah. Ia ditandu sejauh 6 kilometer menuju Puskesmas Pangala. Perjalanan itu berlangsung selama 1,5 jam. Namun, sesaat setelah tiba di puskesmas, Simon meninggal dunia.

Yang kemudian menjadi sorotan publik adalah ketiadaan bantuan ambulans dalam situasi darurat tersebut.
“Kami sudah minta, kalau faktor jalanan bisa kah dijemput di jembatan (jalan bagus) saja tapi orang puskesmas bilang tandu saja ke sini,” kata Fitri (cucu almarhum) kepada Info Toraja, Jumat (18/4/2025).
Redaksi InfoToraja mengangkat fakta di lapangan, termasuk wawancara dengan keluarga korban dan komunikasi langsung dengan kepala puskesmas.
Namun, alih-alih menjadi refleksi bersama, berita tersebut justru dituding sebagai hoaks oleh beberapa oknum, termasuk seorang oknum pemuka agama. Ironisnya, tudingan itu tidak disertai klarifikasi atau bukti, dan lebih condong pada reaksi emosional ketimbang pemahaman menyeluruh terhadap isi berita.
“Wartawan Infotoraja penyebar hoax,” tuding Erny dalam salah satu komentarnya.
Jon Padidi yang dikonfirmasi langsung awak Infotoraja membenarkan bahwa pihak keluarga menghubungi puskesmas untuk meminta ambulans menjemput pasien. Namun ia beralasan pihaknya tengah sibuk melayani pasien lain di puskesmas saat panggilan telepon masuk.
“Memang sempat ada yang menelpon, tapi saya sudah konfirmasi teman-teman perawat yang saat itu mungkin lagi sibuk bekerja di Puskesmas,” katanya via seluler, Sabtu (19/4/2025).
Jon Padidi juga tidak membantah narasi “takut ambulans rusak” sebagai salah satu pertimbangan tidak menggunakan ambulans untuk mengantar jenazah. Dimana ambulans yang dimaksud adalah satu kesatuan dengan semua peralatan-perlatan yang melekat padanya.
Perlu dicatat, sebelum menuding media menyebar hoaks, sebaiknya membaca keseluruhan isi berita secara utuh, agar tidak keliru memahami konteks dan tidak mengaburkan pokok persoalan, yakni lambannya respon layanan darurat di wilayah terpencil yang berujung pada kematian warga.

Bukti log panggilan dengan kepala puskesmas Pangala’ selama 6 menit 54 detik pada 19 April 2025.
Redaksi Info Toraja juga menyimpan arsip berupa log telepon, rekaman telepon, dan tangkapan layar percakapan via WhatsApp dengan Kepala Puskesmas Pangala, Jon Padidi.
“Siap pak (wartawan), seharusnya tidak segitunya ji. Terima kasih atas bantuannya. Jarang juga saya di medsos. Tapi tetap semangat ki suarakan kebenaran,” kata Jon Padidi kepada awak redaksi InfoToraja.
Redaksi menegaskan bahwa pemberitaan ini telah melalui proses verifikasi dan konfirmasi, sesuai prinsip cover both side dalam jurnalisme profesional. Tuduhan penyebaran hoaks tanpa dasar hanya akan menyesatkan publik dan melemahkan semangat untuk membenahi layanan darurat di wilayah terpencil.
Komitmen Infotoraja.
InfoToraja tetap berkomitmen menjadi suara masyarakat dan jembatan komunikasi antara warga dan penyelenggara layanan publik.
Semoga narasi yang dibentuk sejumlah oknum tidak menutupi realita bahwa di Toraja Utara kita masih sangat membutuhkan pembenahan infrastruktur dan peningkatan layanan kesehatan agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
TP