TORAJA–Di Alun-Alun Rantepao pada 8 Juli 2025 nanti, akan terdengar suara musik tradisional yang asing namun akrab dari tanah yang berjiran, Mamasa.
Denting bambu, hentakan kaki penari, dan nyanyian leluhur akan menyatu dalam satu malam istimewa bertajuk “Mamasa Night”.

Untuk pertama kalinya, Kabupaten Mamasa tampil secara khusus dalam event The Legend of Pongtiku. Sebuah momen langka sekaligus penuh makna.
Malam nanti, bukan sekadar pentas seni, tetapi pertemuan batin antara Toraja Timur dan Toraja Barat.
Putra-putri terbaik dari Bumi Kondosapata akan naik ke panggung. Mereka membawa cerita, membawa tarian, membawa doa, dari pegunungan barat Sulawesi yang kaya tradisi.
Tarian-tarian sakral dan atraksi kebudayaan akan menggambarkan kisah-kisah panjang tentang alam, manusia, dan nilai-nilai hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Event The Legend Of Pongtiku sendiri lahir untuk mengenang dan memuliakan sosok Pongtiku, pahlawan nasional asal Toraja yang berjuang melawan kolonialisme.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan yang kedua, dan makin menguatkan kolaborasi budaya antar wilayah Toraja Raya : Toraja Utara, Tana Toraja, dan Mamasa.
Bagi Pemkab Mamasa, keikutsertaan ini bukan hanya agenda budaya. Ini adalah pulang secara simbolik, kembali menyapa saudara tua di timur.
“Mamasa Night” akan menjadi malam di mana batas administratif tak berarti, sebab darah budaya tetap sama mengalir, merah Toraja.
Event ini sendiri akan berlangsung dari 7 hingga 11 Juli 2025, dan akan menjadi ruang perjumpaan tak hanya antar budaya, tapi juga antar kenangan dan masa depan Toraja Raya.*
tompaseru