TORAJA–Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rano, Tana Toraja, dibiarkan terbengkalai hampir sepuluh tahun tanpa sentuhan perbaikan.
Bangunan yang sejak awal dinilai tidak memenuhi standar itu kini hanya menyisakan dinding retak, struktur rapuh, dan ruangan yang tak lagi layak digunakan.
Fasilitas yang seharusnya menjadi pusat layanan dan pendampingan petani itu justru menjadi simbol mandeknya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur pertanian di wilayah tersebut.
Para penyuluh mengaku tak berani lagi berkantor di lokasi itu karena khawatir bangunan sewaktu-waktu roboh.
Aktivitas mereka akhirnya berpindah ke kantor kecamatan, meninggalkan gedung BPP yang semestinya menjadi garda terdepan pelayanan pertanian.
“Penyuluh biasanya cuma datang kalau ada kebutuhan mendesak. Untuk berkantor? Sudah lama tidak berani, bangunannya mengerikan,” kata seorang warga.
Kondisi tak terurus itu juga mengakibatkan seluruh dokumen pertanian yang pernah disimpan di dalamnya rusak dimakan rayap dan tikus.
“Arsip-arsip penting hancur semua. Banyak data pertanian yang seharusnya bernilai, tapi akhirnya hilang begitu saja,” ujar warga lainnya.
Pemilik lahan tempat bangunan itu berdiri bahkan mulai kehilangan kesabaran.
Ia menegaskan akan menarik kembali tanah tersebut jika pemerintah tidak segera mengambil langkah konkret untuk membangun ulang fasilitas itu.
Warga dan pemerintah kecamatan sudah berulang kali menyampaikan harapan agar pemerintah daerah memberi perhatian serius.
Namun hingga kini, belum ada kepastian kapan rehabilitasi BPP Rano akan dilakukan.
Masyarakat menilai kehadiran kantor BPP yang layak bukan sekadar kebutuhan, tetapi prasyarat dasar untuk memastikan pelayanan penyuluhan berjalan, produktivitas petani meningkat, dan sektor pertanian tidak terus dibiarkan berjalan tanpa dukungan memadai.
Anjelia.Christy
