Tinggal dan bersosialisasi di kota yang penghuninya diisi oleh berbagai pendatang, tentunya membuat satu sama lain penasaran dengan daerah asal masing-masing. Saat kuliah beberapa dosen saya juga sama penasarannya dengan orang-orang yang ingin mengetahui daerah asal saya.
Ketika berkenalan dengan orang baru, pertanyaan basa-basi yang kerap disampaikan juga terkait asal, “mas, asalnya dari mana?”. Hal ini sering juga saya lakukan. Saat berkenalan dengan seseorang, saya pun lebih mengingat daerah asalnya dibanding nama yang bersangkutan. Sebuah kebiasaan (buruk), entah kemana hilangnya fokus saya saat bersalaman (berkenalan) dengan seseorang. Nama yang terucap seperti hanya formalitas saja, sejenak kemudian hilang dari ingatan atau memang memori saya tidak bekerja untuk mengingatnya.Yang Mereka Tahu Tentang Toraja
Faktanya memang beberapa orang dengan mudahnya bisa diketahui dari mana dia berasal, namun ketika seseorang mencoba menebak daerah asal seseorang berdasarkan apa yang dia lihat, ternyata banyak juga yang salah menduga. Misalnya saya, sudah beberapa orang yang saya jumpai di kota ini mengira saya ini asli wong Jogja. *penyamaran berhasil :)
Saya merasa bangga ketika seseorang yang menanyakan daerah asal saya ternyata mengenal cukup jauh seperti apa daerah tempat saya lahir dan bertumbuh besar itu, namun ada juga satu dua orang yang benar-benar belum tahu daerah yang pernah menjadi destinasi wisata nomor 2 di Indonesia ini, tentunya setelah Bali di nomor satu. *Iya, pernah sebelum krisis ekonomi tahun 90an. Lalu yang membuat saya geli adalah mereka yang sok tahu bahwa Toraja itu terletak di Kalimantan atau di Sumatera.
***
Lantas apa saja yang mereka ketahui tentang Toraja saat mereka bertanya
“Kamu asalnya dari mana mas?”
kemudian saya menjawab :
“TORAJA gan” ??
atau ketika si dia dengan manjanya bertanya :
“kak asalnya dari mana sih?”
kemudian saya menjawab :
“dari Toraja dek, tahu kan?” :)
***
Berikut ini beberapa hal yang langsung mereka kenali.. bahkan ada beberapa yang dengan antusiasnya menanyakan lebih jauh. Memastikan hal yang mereka dengar atau apa yang sempat mereka lihat dari layar kaca :
1. ORANG MATI YANG TERKENAL
Orang Toraja akan menjadi artis ketika ia mati. Yang menjadikan hal berkaitan orang mati di Toraja terkenal hingga berbagai daerah karena :
Kuburan di batu / tebing
“OW itu yang kalau mati ditaronya di tebing-tebing batu itu yah?”
“OW yang kalau mati dikuburnya di atas batu kan? nanti kalau kamu mati kuburnya di batu-batu itu juga gak?”
iya, memang benar. Sebagian orang Toraja dikuburkan di batu / tebing / goa. Semakin tinggi di atas tebing diletakan, maka semakin tinggi pula status sosialnya dalam masyarakat. Namun jangan kira tidak ada kuburan tanah di Toraja.
Selain kuburan batu / goa dan tanah, orang mati di Toraja juga ada yang dibuatkan rumah. Namanya patane. Bahkan ada ‘rumah orang mati’ ini yang lebih mewah dan biaya pembuatannya lebih mahal dari rumah masyarakat biasa.
Biaya penguburan dengan biaya hingga milliaran rupiah
Fantastis. sampai beberapa orang yang aku temui terkagum-kagum dengan hal ini. Saya masih ingat saat balik dari Sulawesi awal tahun ini, saya berkenalan dengan seseorang di bandara. Saat berbincang tentang daerah asal saya, yang bersangkutan menyatakan pada kerabatnya
“Tahu bedanya orang Batak dengan orang Toraja? orang Batak itu cari uang untuk nikah, kalau orang Toraja cari uang untuk orang mati”
Orang mati yang bisa berjalan
Hal yang satu ini paling heboh di dunia maya. Di facebook, twitter, situs berita hingga forum-forum ramai membahas masalah mayat berjalan di Toraja. Dari dunia maya, mereka yang tahu saya berasal dari Toraja sangat penasaran dengan hal ini akan menanyakan kepastian akan cerita mayat berjalan ini.
Percaya atau tidak, hal ini memang pernah ada dan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu tapi foto-foto yang di-share di dunia maya dengan judul “Mayat Berjalan” itu sebenarnya bukan lah ritual menjalankan mayat, melainkan ritual ma’ nene’. Yaitu ritual membersihkan mayat leluhur, mengganti baju mayat dll.
2. TEDONG alias KERBAU
Kerbau merupkan hewan yang eksklusif di Toraja. Beberapa situs berita pernah mempublikasikan artikel yang menyatakan kerbau termahal ada di Toraja. Harga fantastis hingga ratusan juta membuat orang penasaran mengapa kerbau di Toraja bisa semahal itu.
Yang sangat mereka kenal adalah kerbau jenis ‘tedong bonga’ yang harganya bisa setara mobil mewah, namun sebenarnya kerbau yang paling mahal di Toraja adalah kerbau yang berjenis “tedong saleko”. Kedua warna kerbau ini memang sama-sama bermotif belang. Lantas dimana letak perbedaannya? *tunggu bahasan selanjutnya
Kerbau di Toraja digunakan untuk upacara adat, sebagai simbolisasi pengorbanan terakhir untuk orang tua yang meminggal. Kerbau belang menjadi sangat mahal karena merupakan kerbau yang langkah, susah didapatkan dan dengan motif belangnya kerbau tersebut dianggap menarik.
Orang Toraja aluk todolo meyakini kerbau adalah ‘kendaraan’ yang akan digunakan orang mati menuju tempat peristirahatan terakhir.
3. ANGKUTAN UMUM MOBIL “MEWAH”
Saat itu saya berkunjung ke suatu daerah di Gunung Kidul, menjalankan tugas negara sebagaienumerator penelitan terkait pariwisata. Saya berdiskusi dengan salah satu narasumber yang juga merupakan kordinator salah satu desa wisata (kerajinan tangan) di tempat itu. Saat beliau menanyakan daerah asal saya kemudian saya menjawab saya dari Toraja, Sulawesi Selatan, yang bersangkutan dengan penasarannya kembali bertanya dan memastikan :
“yang angkot nya mobil bagus2 itu yah”?
beliau penasaran ketika pernah berkunjung ke Toraja dan mengetahui angkutan antar Kota/Desa di Toraja menggunakan APV atau Kijang Innova.
***
berdasarkan pengalaman saya, hal-hal di atas merupakan yang paling banyak diketahui orang tentang Toraja. Orang Toraja yang saat ini berdomisili di luar Toraja atau sempat tinggal di daerah luar Toraja pasti pernah mengalami hal yang sama. :)
Salama’
Saya bangga menjadi orang Toraja. #I LOVE TORAJA#