Masih melekat kebanggaan tentang masa lalu, dimana nama Toraja begitu dikenal wisatawan mancanegara. Tidak heran, pada tahun 1970-an mantan Presiden Soeharto menyebut Toraja sebagai destinasi wisata populer setelah Bali.
Lain dulu lain sekarang. Jika dulu nama Toraja dalam konferensi The Pacific Asia Travel Association (PATA) merupakan objek wisata yang menarik setelah Bali, maka pada 10 destinasi prioritas yang ditetapkan Prisiden Jokowi di awal pemerintahannya, nama Toraja tidak termasuk. Entah mengapa, mungkin Toraja sudah tidak semenarik dulu lagi? atau hanya kemasannya saja yang belum lebih baik? Ataukah Toraja sudah setara Bali sehingga pengembangannya bukan lagi prioritas Pemerintah Pusat? hmmmm.
Nama Toraja akhirnya masuk sebagai prioritas ke-11 pada Februari 2017 setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla mengunjungi Lolai, Kecamatan Kapala Pitu, Kabupaten Toraja Utara. Satu kabar gembira mengiringi harapan kita untuk kebangkian pariwisata Toraja. Sejak saat itulah pemerintah pusat mulai “menggarap” Toraja dengan mengirim tim untuk mengidentifikasi masalah yang ada di dua kabupaten, yakni Tana Toraja dan Toraja Utara.
Meski menjadi prioritas “di luar” prioritas, tanggung jawab untuk memajukan pariwisata Toraja ada di tangan kita bersama, termasuk para pelaku seni dan dukungan pemerintah daerah.
Melalui diskusi hangat dengan tim InfoToraja.com, Roni Mala’, salah satu pelaku seni yang juga putra Toraja bercerita tentang harapan akan (kembali) bangkitnya pariwisata Toraja. Pemuda yang belajar melukis secara otodidak sejak 1995 sebagai pelukis jalanan berharap keterlibatan pemerintah daerah dalam setiap hal yang berkaitan dengan seni di Toraja.
“Untuk seni apa saja di Toraja harus melibatkan pemerintah daerah, bahkan ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk bekerjasama dengan pelaku-pelaku seni di Toraja untuk mekakukan kegiatan-kegiatan seni, dan ini harus dilakukan sekarang “, cerita Roni Mala’.
Menurut Roni, para seniman dari pulau Jawa bahkan sudah datang membuktikan bahwa Toraja sangat berpotensi untuk event berskala Internasional. Hal ini tidak lain karena dukungan alam Toraja yang sangat indah.
“Bahkan seniman mengatakan bahwa Toraja itu surga”, tambah Roni.
Lebih lanjut, duta seni rupa Toraja dan Papua ini menjelaskan dampak dari event yang dikemas dengan baik akan mengundang wisatawan untuk datang ke Toraja. Dengan demikian perhotelan juga akan maju, termasuk kuliner dan berbagai macam penghasilan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Toraja bagaikan mutiara yg menunggu polesan tangan-tangan pelaku seni agar lebih terlihat indah dan bisa menarik perhatian masyarakat dunia, nah sekali lagi dibutuhkan keterlibatan pemerintah daerah dalam hal ini.”, ucap Roni Mala’.
Roni Mala’ yang bergabung di pasar seni ancol, Jakarta sejak 2016 juga berharap agar Art Center yang ada di pusat kota Rantepao dapat difungsikan sebagai sentral informasi semua kegiatan seni dan budaya, termasuk pesta adat yang ada di Toraja. Tentunya dengan fasilitas yang tepat agar masyarakat lebih gampang memahami dan mencapai titik-titik dimana kegiatan berlangsung.
Di akhir diskusi, Roni juga mengungkapkan keresahannya melihat ketimpangan budaya yang harusnya menjadi gengsi bersama, seperti dalam pesta adat. Menurutnya yang terlihat sekarang adalah gengsi pribadi.
“Harapan saya pemerintah harus punya banyak waktu memikirkan ini. Jangan hanya politik-politik kurang sehat”, tutup Roni Mala’.